Laksamana TNI (Purn) Sudomo Merasa Terlahir Kembali
Lebih tenang dan
khusyuk. Itulah yang dirasakan Laksamana TNI (Purn) Sudomo di hari
tuanya. Di usianya yang sudah senja, mantan Pangkopkamtib di era
Soeharto justru menemukan hidupnya.
''Kalau orang lain berkata
hidup dimulai umur 40 tahun, saya justru mulai umur 75 tahun,'' kata
Sudomo saat ditemui di kediamannya yang sejuk di Pondok Indah, Jakarta,
beberapa waktu lalu.
Bukan tanpa alasan bila penggemar olahraga
golf ini berkata demikian. Dia mengaku hampir sebagian besar usianya
dilalui dengan gundah dan gelisah. Salah satu penyebabnya karena sosok
yang menghabiskan sebagian besar umurnya - 53 tahun di pemerintahan
dengan berbagai jabatan -sebagai umaro ini pernah murtad. Itu semua
menjadi penyebab jauhnya ketenangan dari hidupnya.
''Terus terang
saja dan bukan rahasia umum, saya dulu kan murtad,'' kata Sudomo sambil
tertawa. ''Dan celakanya semua itu saya lakukan tanpa pikir panjang dan
memberi tahu orang tua,'' lanjutnya. Wajahnya berubah serius.
Seiring
waktu, Sudomo pun merindukan ketenangan hati dan kembali pada
keyakinannya semula. ''Kasih sayang Allah pada hamba-Nya lebih luas
daripada murka-Nya.'' Sudomo merasakan betul makna ayat itu. Waktu
membawanya ke kota kelahirannya, Malang. Saat itu, bertepatan 22 Agustus
1997, ia melihat Masjid Al Huda di kompleks Kostrad Malang. Hatinya
tersentuh. Diapun memutuskan untuk kembali.
''Itu peristiwa luar
biasa. Nama masjid itu sendiri berarti petunjuk. Dan di situ saya
mendapat petunjuk. Mungkin ini hikmah dari doa orang tua saya yang
selalu berdoa agar saya kembali,'' kenang Sudomo yang tampak lebih
gemuk. Ia baru saja keliling Eropa sebulan penuh.
Peristiwa itu
laiknya sebuah kelahiran bagi dirinya dan anugerah yang luar biasa dari
Yang di Atas. ''Saya sangat senang diberi kesempatan bertobat. Bayangkan
kalau saya meninggal sebelum bertobat bisa-bisa masuk neraka saya,''
ujarnya.
Sebagai rasa syukur, tahun itu juga Sudomo menunaikan
umrah pertamanya. Ibadah haji dia lakukan tahun berikutnya. Sampai
sekarang sudah lima kali ia berumrah. Tahun ini Sudomo kembali menjadi
tamu Allah bersama jutaan umat yang lain.
Ia mengaku punya
pengalaman aneh saat menjadi tamu Allah. Peristiwa tersebut dialami saat
menunaikan ibadah haji 1998 dan 2002. Ketika tawaf Sudomo ingin berada
sedekat mungkin dekat Ka'bah. Ia pun berdoa dan membaca Asmaul Husna.
Tiba-tiba ia merasa Ka'bah sangat dekat dengan dirinya.
''Barisan
orang yang sedang tawaf seperti terbuka begitu saja sampai-sampai
ustadz saya mengikuti dari belakang mendekati Ka'bah. Alhamdulillah,''
kata Sudomo mengenang kejadian enam tahun silam. ''Doa di sana memang
sangat mustajab,'' lanjut Sudomo.
Setelah semua yang dilalui,
Sudomo yang tetap rutin menyelam tiga bulan sekali, mengaku lebih tenang
dan bahagia. Shalat lima waktu pun selalu tepat waktu dijalankan. Ia
melakukan shalat Shubuh di Masjid Al Ihsan Kebayoran Baru tiap hari. Di
situ ia berjumpa guru spiritualnya Mawardi Labai.
Tentang hobi
menyelamnya itu Sudomo mengaku membawanya semakin dekat dengan Allah.
''Saat kita di bawah, bersama dengan ikan warna-warni dan gugusan karang
serta sinar matahari yang menembus ke bawah, Allah terasa semakin
dekat,'' katanya puitis.
Kini sebagian besar waktunya praktis
digunakan untuk mempelajari dan mendalami agama, beribadah, beramal,
serta sesekali berdakwah untuk kalangan terbatas. Sebuah yayasan, Husnul
Khotimah ia bangun pada 1998 untuk mewadahi semua kegiatan. Sebuah desa
kecil di Bogor, Cijayanti, menjadi ladang persemaian pertobatannya.
Dengan
selera humor yang tak pernah kering, Sudomo mengatakan bahwa apa yang
ia lakukan kini tak lebih dari sebuah penanaman modal akhirat atau PMA.
Semua kegiatan itu, menurutnya memberikan kebahagiaan yang tidak dapat
diukur dengan materi yang belum pernah didapat sebelumnya.
Terakhir,
yang ingin dilakukan adalah menjadi ustadz. Saat ini apa yang dilakukan
baru membawa dirinya seorang 'ulama' kependekan dari usia lanjut makin
agresif. Dia mengatakan harus agresif dalam amal dan ibadah. lan ()
Sudomo: "Saya Murtad Selama 36 Tahun"
Rambutnya
memutih semua. Kepala bulat dengan logat bicara yang kental Jawa,
Laksamana Purnawirawan Sudomo bercerita tentang kehidupan spiritualnya.
Sudomo
memang menarik. Terlahir sebagai muslim dari pasangan Martomiharjo dan
Soleha, 20 September 1926, mantan Menteri Tenaga Kerja ini beberapa kali
pindah agama untuk alasan menikah. Sosok yang seringkali ditafsirkan
sebagai tokoh menyeramkan ini tiga kali menikah. Semua berakhir dengan
perceraian.
Saat ditemui Hot Shots, bekas Panglima Komando
Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban ini terlihat tenang. Berpeci
hitam dengan senyum menghias di bibirnya. Dia mengaku bersyukur masih
diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk bisa kembali memeluk Islam pada
22 Agustus 1997. "Ada kebahagiaan tersendiri karena menekuni iman," kata
kelahiran Malang, Jawa Timur ini.
0 komentar:
Posting Komentar