This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 11 Oktober 2010

''LAPIS NAE'' ISTRIKU

Selera makanku mendadak punah. Hanya ada rasa kesal dan jengkel yang memenuhi kepala ini. Duh, betapa tidak gemas, dalam keadaan lapar memuncak seperti ini, makanan yang tersedia tak ada yang memuaskan lidah. Sayur sop rasanya manis bak kolak pisang, sedang perkedelnya asin tak ketulungan.

“Ummi… Ummi, kapan kamu dapat memasak dengan benar?

Selalu saja, kalau tak keasinan, kemanisan, kalau tak keaseman, ya kepedesan!” Ya, aku tak bisa menahan emosi untuk tak menggerutu.

“Sabar Bi, Rasulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan Khodijah. Katanya mau kayak Rasul? Ucap isteriku kalem.

“Iya. Tapi Abi kan manusia biasa. Abi belum bisa sabar seperti Rasul. Abi tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini!” Jawabku masih dengan nada tinggi.

Mendengar ucapanku yang bernada emosi, kulihat isteriku menundukkan kepala dalam-dalam. Kalau sudah begitu, aku yakin pasti air matanya merebak.

*******

Sepekan sudah aku ke luar kota. Dan tentu, ketika pulang benak ini penuh dengan jumput-jumput harapan untuk menemukan baiti jannati di rumahku. Namun apa yang terjadi? Ternyata kenyataan tak sesuai dengan apa yang kuimpikan. Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling. Bayangkan saja, rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal pecah. Pakaian bersih yang belum disetrika menggunung di sana sini. Piring-piring kotor berpesta-pora di dapur, dan cucian, wouw! berember-ember. Ditambah lagi aroma bau busuknya yang menyengat, karena berhari-hari direndam dengan deterjen tapi tak juga dicuci. Melihat keadaan seperti ini aku cuma bisa beristigfar sambil mengurut dada.

“Ummi… Ummi, bagaimana Abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini?” ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Ummi… isteri sholihah itu tak hanya pandai ngisi pengajian, tapi dia juga harus pandai dalam mengatur tetek bengek urusan rumah tangga. Harus bisa masak, nyetrika, nyuci, jahit baju, beresin rumah?”

Belum sempat kata-kataku habis sudah terdengar ledakan tangis isteriku yang kelihatan begitu pilu. “Ah…wanita gampang sekali untuk menangis,” batinku. “Sudah diam Mi, tak boleh cengeng. Katanya mau jadi isteri shalihah? Isteri shalihah itu tidak cengeng,” bujukku hati-hati setelah melihat air matanya menganak sungai.

“Gimana nggak nangis! Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel terus. Rumah ini berantakan karena memang Ummi tak bisa mengerjakan apa-apa. Jangankan untuk kerja, jalan saja susah. Ummi kan muntah-muntah terus, ini badan rasanya tak bertenaga sama sekali,” ucap isteriku diselingi isak tangis. “Abi nggak ngerasain sih bagaimana maboknya orang yang hamil muda…” Ucap isteriku lagi, sementara air matanya kulihat tetap merebak.

Hamil muda?!?! Subhanallah … Alhamdulillah…

********

Bi…, siang nanti antar Ummi ngaji ya…?” pinta isteriku. “Aduh, Mi… Abi kan sibuk sekali hari ini. Berangkat sendiri saja ya?” ucapku.
“Ya sudah, kalau Abi sibuk, Ummi naik bis umum saja, mudah-mudahan nggak pingsan di jalan,” jawab isteriku.
“Lho, kok bilang gitu…?” selaku.
“Iya, dalam kondisi muntah-muntah seperti ini kepala Ummi gampang pusing kalau mencium bau bensin. Apalagi ditambah berdesak-desakan dalam dengan suasana panas menyengat. Tapi mudah-mudahan sih nggak kenapa-kenapa,” ucap isteriku lagi.

“Ya sudah, kalau begitu naik bajaj saja,” jawabku ringan.

*******

Pertemuan dengan mitra usahaku hari ini ternyata diundur pekan depan. Kesempatan waktu luang ini kugunakan untuk menjemput isteriku. Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja menjadi rindu padanya. Motorku sudah sampai di tempat isteriku mengaji. Di depan pintu kulihat masih banyak sepatu berjajar, ini pertanda acara belum selesai. Kuperhatikan sepatu yang berjumlah delapan pasang itu satu persatu. Ah, semuanya indah-indah dan kelihatan harganya begitu mahal. “Wanita, memang suka yang indah-indah, sampai bentuk sepatu pun lucu-lucu,” aku membathin.

Mataku tiba-tiba terantuk pandang pada sebuah sendal jepit yang diapit sepasang sepatu indah. Kuperhatikan ada inisial huruf M tertulis di sandal jepit itu. Dug! Hati ini menjadi luruh. “Oh….bukankah ini sandal jepit isteriku?” tanya hatiku. Lalu segera kuambil sandal jepit kumal yang tertindih sepatu indah itu. Tes! Air mataku jatuh tanpa terasa. Perih nian rasanya hati ini, kenapa baru sekarang sadar bahwa aku tak pernah memperhatikan isteriku. Sampai-sampai kemana-mana ia pergi harus bersandal jepit kumal. Sementara teman-temannnya bersepatu bagus.

“Maafkan aku Maryam,” pinta hatiku.

“Krek…,” suara pintu terdengar dibuka. Aku terlonjak, lantas menyelinap ke tembok samping. Kulihat dua ukhti berjalan melintas sambil menggendong bocah mungil yang berjilbab indah dan cerah, secerah warna baju dan jilbab umminya. Beberapa menit setelah kepergian dua ukhti itu, kembali melintas ukhti-ukhti yang lain. Namun, belum juga kutemukan Maryamku. Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar. Penantianku berakhir ketika sesosok tubuh berabaya gelap dan berjilbab hitam melintas. “Ini dia mujahidah (*) ku!” pekik hatiku. Ia beda dengan yang lain, ia begitu bersahaja. Kalau yang lain memakai baju berbunga cerah indah, ia hanya memakai baju warna gelap yang sudah lusuh pula warnanya. Diam-diam hatiku kembali dirayapi perasaan berdosa karena selama ini kurang memperhatikan isteri.

Ya, aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum pernah membelikan sepotong baju pun untuknya. Aku terlalu sibuk memperhatikan kekurangan-kekurangan isteriku, padahal di balik semua itu begitu banyak kelebihanmu, wahai Maryamku. Aku benar-benar menjadi malu pada Allah dan Rasul-Nya. Selama ini aku terlalu sibuk mengurus orang lain, sedang isteriku tak pernah kuurusi. Padahal Rasul telah berkata: “Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya.”

Sedang aku? Ah, kenapa pula aku lupa bahwa Allah menyuruh para suami agar menggauli isterinya dengan baik. Sedang aku terlalu sering ngomel dan menuntut isteri dengan sesuatu yang ia tak dapat melakukannya. Aku benar-benar merasa menjadi suami terzalim!

“Maryam…!” panggilku, ketika tubuh berabaya gelap itu melintas. Tubuh itu lantas berbalik ke arahku, pandangan matanya menunjukkan ketidakpercayaan atas kehadiranku di tempat ini. Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya mengembangkan senyum. Senyum bahagia.

“Abi…!” bisiknya pelan dan girang. Sungguh, baru kali ini aku melihat isteriku segirang ini.
“Ah, betapa manisnya wajah istriku ketika sedang kegirangan… kenapa tidak dari dulu kulakukan menjemput isteri?” sesal hatiku.

******

Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk isteriku. Ketika tahu hal itu, senyum bahagia kembali mengembang dari bibirnya. “Alhamdulillah, jazakallahu…,” ucapnya dengan suara mendalam dan penuh ketulusan.

Ah, Maryamku, lagi-lagi hatiku terenyuh melihat polahmu. Lagi-lagi sesal menyerbu hatiku. Kenapa baru sekarang aku bisa bersyukur memperoleh isteri zuhud (**) dan ‘iffah (***) sepertimu? Kenapa baru sekarang pula kutahu betapa nikmatnya menyaksikan matamu yang berbinar-binar karena perhatian kecilku?

Sumber : NN
my inspiration

Teladan dari Remaja London

Tauladan Remaja London
10 0ktober

1 dari 1 Kompasianer menilai Bermanfaat.

Mejelang Ramadhan tahun ini ada kabar baik dari London-Inggris tentang kehidupan sekelompok remaja Muslim yang tergabung dalam The South Wimbledon Muslim Girls Youth Group . Yang menarik dari kelompok ini adalah soal rencana mereka untuk mengadakan roadshow Ramadhan di beberapa pusat kota seperti Morde Road dan Wimbledon. Tujuan kegiatan ini untuk memberikan informasi kepada public tentang bulan Ramadhan. Demikian berita menarik ini di muat harian Republika hari ini.

Ini merupakan kabar baik dan sekaligus dapat ditiru para remaja Muslim di tanah air. Banyak sekali kegiatan positif yang bisa dilakukan dalam rangka menyambut Ramadhan. Misalnya ya seperti yang dilakukan para remaja di London itu. Mereka memperkenalkan Ramadhan tidak saja tentang keharusan melaksanakan puasa dan manfaatnya, bahkan mereka juga memperkenalkan masakan khas Ramadhan dan bidang-bidang kesenian dalam Islam termasuk seni lukis. Adapun untuk mendanai kegiatannya, mereka menggandeng Dewan Kota setempat sebagai sponsornya.
Kegiatan tersebut tentu lebih bermakna ketimbang harus merazia tempat-tempat hiburan, restoran, hingga warung-warung kecil agar mereka tidak melakukan aktifitas selama Ramadhan, terutama di siang hari. Meskipun kegiatan ini bertujuan untuk menghormati bulan Ramadhan, tidakkah sebaiknya kita juga menghormati mereka yang melakukan kegiatannya sendiri, apalagi kalau mereka itu non Muslim, tentu saja mereka tetap harus bergerak mencari nafkah termasuk dengan cara tetap membuka restoran atau warung makan mereka. Terutama bagi usaha warung-warung kecil, bagaimana mungkin kita melarang mereka berjualan, sedangkan itu merupakan satu-satunya sumber nafkah untuk keluarganya. Ada baiknya kalau mereka tetap dibiarkan menjalankan usahanya, toh tidak semua orang itu harus berpuasa di bulan Ramadhan ini, termasuk umat Islam sendiri karena sedang ada uzur ( bagi kaum perempuan yang sedang menstruasi, misalnya ) atau sebab-sebab lain.
Sudah saatnya umat Islam untuk meningkatkan kualitas ibadah puasanya, termasuk tidak tergoda dengan orang lain yang menikmati makan-minumnya di siang hari. Biarkan saja mereka begitu. Toh mereka bukan Muslim atau kalaupun Muslim toh mereka sedang ada uzur. Jadi tak usah cengeng lah kita yang sedang puasa dengan cara meminta-minta orang lain agar ikutan tidak makan-minum di siang hari, apalagi sampai juga melarang mereka untuk menjalankan bisnis halalnya.

AGER TA PADA SEMANGAT

2 motivasi


orang yang berilmu sering diam dari berkata-kata yag tidak berfaedah, sedangkan orang tidak berilmu berbicara tanpa fakta dan hanya menampakkan kebodohannya sediri.

adalaka kita perlu sombong pada manusia yang sombong, dan adakalanya kita perlu mengalah biarpun kita yang benar. kebenaran akan terserlah melalui kejujura setiap tindakan.

ilmu dan amal bagaikan jiwa yang bersatu, tercicir salah satu ibarat busur tanpa anak panah. begitulah hubungan kekeluargaan, air dicincang takkan putus.

teman itu adalah penasihat pada segala kebaikan dan keburukan. meletakkan kepentingan dan hidup orang lain melebihi diri sediri..(",)

kopi tanpa gula sangat pahit, begitulah kebenaran. namun segala kepahitan mengajar kita menerima sesuatu perkara dengan lebih terbuka, menempuh cabaran dan rintangan tanpa mengalah.


Curahan Hati Seorang Hamba: Dialog Antara Mata Dan Hati

Renungan seorang hamba


Andai mereka semua sedar
Hidup adalah perjalanan Qada dan Qadar
Meneylusuri scenario yang Allah tentukan
Untuk jalani erti sebuah kehidupan

Rabbi..
kenapa mereka seakan terlupa
Akan makna hidup yang sebenarnya
Sakit menyakiti, luka melukai seakan terbiasa
Dan mereka terbuai dan terpesona dengan tipu dunia yang ada

Rabbi..
ku merenung seorang diri dan..
Ku menghitung berapa ramai manusia yang mengingkari dan..
Betapa sedikitnya manusia yang memberi erti
Yang sedar dirinya akan mengadap Ilahi Rabbi
Bangun wahai jiwa yang terlena
Sebelum penyesalan diri terhanyut bencana
Bahagia dunia hanyalah fatamorgana.